DaerahUtama

Mendidik Generasi Kontra Terorisme dan Radikalisme

SERANG,jejakbanten.com – Dakwah Salafiyah mulai menggema di bumi jawara. Ahlussunnah wal Jamaah di Provinsi Banten menyelenggarakan kajian ilmiah Ahlussunnah.

Kajian itu digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) al-Mujaddid Imam Syafi’i, Desa Melati, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Minggu (5/2/2023) malam.

Kajian dengan tema ‘Mendidik Generasi Kontra Terorisme dan Radikalisme’ tersebut mendatangkan pembicara utama al-Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin hafizhahullah selaku Pengasuh Ma’had aAl-Ausath, Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Kajian yang dihadiri oleh ratusan muslim dan muslimah Ahlussunah wal Jamaah Salafiyah ini berlangsung syahdu. Ratusan penuntut ilmu tersebut khusyuk menyimak pemaparan dari penceramah.

Pada kesempatan itu, Ustadz Ayip mengatakan bahwa mewujudkan generasi yang kontra terorisme dan radikalisme dilakukan dengan mendidik mereka memahami teks-teks al-Qur’an maupun al-Hadis dengan pemahaman para pendahulu yang saleh (generasi salaf), yakni para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.

“Di sinilah penting mendidik  generasi sesuai bimbingan ulama (ulama terdahulu yang saleh). Di sinilah penting merujuk pemahaman yang dinyatakan oleh tiga generasi utama umat ini,” katanya.

Ayip lantas membacakan hadis yang menyatakan, Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam menjamin tiga generasi tersebut sebagai sebaik-baik generasi. Tiga generasi meliputi para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in. Mereka merupakan generasi yang memiliki keutamaan.

“Mereka mengetahui bagaimana mengamalkan Islam dengan benar. Dalam mengamalkan agama Islam, mereka sudah memberikan contohnya,” ujarnya.

Di awal pembicaraan, dia menuturkan, terorisme dan radikalisme berasal dari sikap melampaui batas (ekstrem) yang tidak diajarkan oleh Islam. Sikap ekstrem baik berupa verbal maupun fisik.

“Selama sikap kasar, tidak ada kelemahlembutan, terorisme dan radikalisme akan mudah dicetuskan. Ditambah kesalahan pemahaman terhadap tafsir ayat terkait keimamahan (kepemimpinan), mudah menuduh kafir, maka sikap terorisme itu akan terus ada,” paparnya.

Salah satu penulis di Majalah Asy-Syariah ini pun mengungkapkan, sikap ekstrem tidak dibenarkan dalam beragama Islam. Hal itu bisa menimbulkan gerakan terorisme dan radikalisme. 

“Jadi bagaimana mungkin terorisme dan radikalisme berasal dari Islam, sementara Islam tidak mengajarkan sikap ekstrem dalam beragama?” tuturnya.

Pria berbadan tambun ini pun mencontohkan beberapa sikap tidak ekstremnya Islam, diantaranya sikap kelemahlembutan. 

Satu diantaranya merujuk pada sabda Rasulullah shallaallahu a’laihi wasallam yang artinya iman ada 70 lebih cabang, yang paling tinggi adalah ucapan laillaha ilallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.(ar/jb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *