Bersama Membangun Pendidikan Bisa
Oleh : Kepala SDN Karang Tumaritis Serang, Enung Kurniasih
Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Dilengkapi dengan akal pikiran, membuat manusia lebih mudah menjalani kehidupan. Aku berpikir maka aku ada, begitulah menurut filsuf Athena.
Begitu hebatnya kekuatan akal pikiran. Ibarat sebuah perang kekuatan berpikir adalah senjata yang harus kita miliki. Dan senjata itu kita sendirilah yang menentukan, apakah itu tumpul atau tajam, apakah itu dapat menyelesaikan masalah atau malah menambah masalah baru. Dengan demikian, maka didirikanlah sebuah lembaga pendidikan, sebuah bangunan yang melahirkan banyak perubahan. Penemuan hebat, masyhur dan yang paling penting dapat membantu umat manusia menyelesaikan masalahnya sehari-hari.
Bertepatan pada tanggal 2 Mei lahir lah sosok pahlawan yang kini setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Dalam semboyannya yang agung : “ing ngarso sung tulodo, ing madyo membangun karso, tut wuri handayani . Yang berarti “dari depan meneladani dari tengah mengayomi dan dari blakang memotivasi”.
Adalah Ki Hajar Dewantara julukannya, dengan nama Raden mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau berasal dari lingkungan keluarga kadipaten pakualam di Yogyakarta yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram. Dan selain Kesultanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, serta Kadipaten Mangku Negara. Beliau menamatkan sekolahnya di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dilanjutkan ke STOVIA (Sekolah Kedokteran) meski tidak sampai tamat karena sakit, itu tidak menjadikannya putus harapan. Justru mendirikan lembaga taman siswa yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melawan kebodohan, keterbelakangan serta yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran moral bangsa akan pentingnya pendidikan.
Pada masa mudanya beliau di kenal sebagai aktivis sekaligus menjadi jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. Pengalamannya pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Middem, Sedyotomo, Java De Expires, Utusan Hindia, Kaum Muda Cahaya Timur. Melalui pilar itulah beliau menyuarakan kebenaran. Biarpun acap kali mengalami kecaman pihak lawan, beliau tetap teguh melawan pembodohan.
Hingga kini setelah kita terbebas dari para penjajah, rupa-rupanya kendala pendidikan masih ada juga. Terlebih pada pandemi Covid-19 saat ini, proses belajar mengajar yang biasa tatap muka, kini hanya menatap layar saja. Membuat hubungan emosional guru dan murid sulit untuk terjalin. Belum lagi banyak orangtua murid yang belum memiliki alat pendukung penunjang selama belajar, sehingga cukup menyulitkan kami dalam menyampaikan materi.
Harapan kami ke depan, untuk rekan kerja yang setara (propesi pendidik) pentingya kita senantiasa saling mendukung memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia terutama di daerah Banten. Juga kepada orangtua peserta didik berharap hendaknya selalu memberikan perhatian dan bimbingan terhdap putra putrinya untuk meningkatkan belajar di rumah maupun di sekolah. Maka dengan kerja sama dan kekompakan yang saling terjalin, kami yakin akan membawa pendidikan kita ke arah perubahan lebih baik.
Untuk penutup, kami sampaikan terimaksih semoga informasi yang kami berikan ini dapat menuai kemanfaatan bagi kami untuk lebih memajukan pendidikan dan mohon maaf atas segla kesalahan dan kekurangannya, baik penulisan kata, isi dan makna yang disampaikan. Semoga kita mampu mengemban amanah sosok pahlawan Ki Hajar Dewantara, menanamkan kegigihannya dalam membangun pendidikan demi kemajuan bangsa dan negara tercinta. Terimakasih (fjr/bs/jb)