Corona Ibu Guru Ku Tercantik dan Terlembut
SERANG – Sejak dunia dilanda bencana virus corona atau covid-19, hampir semua negara tak mendapatkan ketenangan. Hingar bingar kesibukan total ditumpahkan hanya untuk menangani mahluk lembut corona, tak terkecuali Indonesia.
Sebelum bencana corona tiba, dua negara paling selon Amerika dan RRT adu perang urat syaraf. Donal Trump bertingkah akan mencegat dominasi perekonomian China. Tiongkok pun, lewat Presiden Ki.Jinping , di HUT yang ke 20 tahun berulah dengan pernyataan adigungnya.
“tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan perkembangan Tiongkok,” katanya.
Baru sekian hari saja drama perang urat saraf dua negara raksasa dipertontonkan di panggung dunia. Di luar dugaan virus corona, mahluk lembut paling kecil menyeruduk dua negara tersohor tersebut tanpa bisa ditangkis oleh senjata rudal atau drone sekalipun yang menjadi milik kebanggaannya. Wuhan, salah kota China daratan terkenal tenang pun paling dahulu digoncang bahaya virus corona. Persiden ki Jinping yang congkak mulai kelihatan mukanya buram, melelah, dan gundah saat rakyatnya dua ratusan lebih melayang nyawanya diterjang corona. Kota Wuhan menjadi mencekam.
Semua penduduknya dilarang keluar dari rumah. Jerit dan tangis rakyat Wuhan meringkih dan meronta -ronta. Kota Wuhan menjadi sepi karena diberlakukan lockdown yang membuat seluruh penghuninya menepi ke kediaman. Kecuali para petugas keamanan, petugas kesehatan, dan pejabat besar saja yang dipelonco oleh si mahluk kecil virus corona untuk mengurusinya.
Sementara Amerika yang merasa paling super tak luput dari serangan virus corona. Ratusan lebih warganya yang ditumbangkan virus. Donal Trump yang terkenal bermuka raksasa yang membandel kini ia melepuh. Jiwanya mengeluh dan bersandar diri di depan China dengan pernyataan cengengnya,
“China sangat membahayakan dunia karena tidak terbuka dan merahasiakan sebab terjadinya virus corona,” ujarnya.
Dua negara yang bertempur saraf berlanjut dalam klaim yang saling melempar tuduhan keras. China mengklaim Amerika telah menanam virus pada saat kunjungan militernya di kota Wuhan. Sebaliknya Amerika menuduh virus corona merupakan buatan China. Terlepas benar dan tidaknya tuduhan itu, faktanya kedua negara tersebut tidak steril dari serbuan virus corona. Kedua Persiden negara besar ini dipungkiri atau tidak telah mengalami pukulan psiologis tersendiri lantaran devisit kewibawaan dan martabatnya mulai terdengar merosot di dunia.
Tragedi virus di Kota Wuhan seakan menjadi epicentrum yang menebarkan virus corona ke negara- negara lainnya. Setidaknya 186 negara dilaporkan penduduknya terjangkit covid-19. Kali ini yang paling tebal menerima getah Kota Wuhan adalah Italia dan Spanyol selain Korea Selatan dan Jepang.
Negeri Pizza dengan korban virus paling besar. Pemerintahannya cukup kewalahan karena didera kekalutan menyediakn fasilitas alat-alat kesehatan. Jerit dan tangis yang terkena virus hampir setiap hari bermunculan membuat rumah sakit di Italia tidak bisa lagi menampung korban virus. Terlihat di viral berjejer antrian korban virus di halaman rumah sakit Italia. Keadaan terparah ini menyeret perasaan sedih Perdana Mentri Italia hingga bertetesan air matanya.
Tragedi covid-19 kini tak hanya menimpa negara- negara yang terbilang maju. Di Negara-negara berkembang juga sudah mulai direbak penularan virus. Malaysia, singapura, Iran dan negara-negara arab bahkan Saudi Arabia telah menunda pelaksanaan thawaf dan ibadah haji selama tahun ini. Negara-negara Timur tengah lainnya seperti Qatar, Emirat, Israel telah menutup atau melarang sementara masjid dan gereja digunakan sebagai tempat kerumunan ibadah.
Semua negara yang dilanda bencana covid-19 telah melakukan upaya penangkalan dengan strategi dan metode masing- masing. Ada yang memberlakukan lockdown dengan menutup arus masuk keluar wilayah, regional ,negara. Ada juga yang hanya melakukan isolasi dan karantina pasien atau yang suspect. Upaya yang tidak seragam ini karena tergantung pada kondisi negara yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri tidak memberlakukan lockdown seperti di Kota Wuhan yang kondisinya terlihat demikian mengancam dan mencekam.
Terlepas dari cara penanganan yang digunakan negara berbeda beda, yang jelas semua petinggi negara dengan segala perangkatnya telah menguras energi, materi, pikiran, dan tekanan psiologi yang luar biasa demi menyelamatkan negerinya selamat dari bencana corona. Tidak mengherankan bila semua negara melarang warganya mengadakan kegiatan perkumpulan atau kerumunan dalam jumlah besar. Menutup belajar di sekolah dan para bekerja di kantor.
Melarang upacara pernikahan yang melibatkan masa besar. Termasuk melarang perayaan keagamaan dan ibadah yang menghilangkan nominalitas masif.
Di Indonesia beberapa tempat masih dijumpai kerumunan masa dalam sekala tidak besar. Kedispilinan sebagian warganya dalam mematuhi aturan memang masih dirasakan lemah. Namun di kota- kota sudah mulai terlihat lengang kalau tidak dikatakan terlalu sepi. Keramaian yang semula membuncah di kantor, sekolah, pasar, mall, pabrik dan bandara kini berlahan-lahan makin menyurut meninggalkan mobilitas pepergian, shoping, dan pelesiran. Para pengemudi, buruh mulai gundah bukan terpukul secara psiologis saja melainkan menjerit karena kehilangan mata pencaharian yang menjadi harapan (pemikul) utama kelangsungan hidup keluarganya.
Semua tragedi bencana virus corona yang menancapkan rasa peluh, pedih, dan perih di atas menjadi pelajaran yang amat berharga bagi semua umat manusia. Seakan corona sang mahluk kecil lagi lemah mengajari umat manusia yang congkak dan merasa paling besar agar secepat kilat kmbali merunduk atau tawadu. Politisi yang kerap bertengkar dan berbacot merebut kedudukan dirantai mulutnya. Para pengusaha disulut pikiran dan dididihkan hatinya oleh api corona dalam menghadapi gelombang protes para buruh yang ketakutan bahaya sang virus dadakan. Para petinggi negara raksasa yang kerap bertengkar adu kekuatan teknologi nano dan berebut logistik dunia diserimpung mahluk paling nano yang bernama corona.
Corona yang maha kecil dari yang paling terkecil telah berhasil meruntuhkan para mafia atau gembong segala kerumunan. Sejak kerumunan poltik buly, para provokator masa jalanan hingga kerumunan remang remang. Bahkan para kredo ritual merasa paling suci, paling banyak punya jamaah, paling cinta masjid dan gereja, paling banyak haji dan umrah kini lahar egoisme kesombongan itu telah disirnapadamkan oleh corona sang mahluk virus lemah yang bukan apa-apa dan bukan siapa – siapa.
Mahluk lemah dan tidak mewah itu ternyata telah memberikan hikmah plajaran terbesar kepada kita semua. Corona apapun ia telah dipandang menakutkan dan membhayakan. Dibalik itu semua ternyata ia telah mnjdi ibu guru cantik dan terlembut. Ibu guru corona telah membelai kalbu yg dangkal yang hanya mementingkan status, gelar, simbol kemewahan dan simbol-simbol keagamaan agar kembali ke dalam kehidupan amaliah atau praktek yang real dan kongkrit.
Ibu corona juga telah mendidik kita agar merubah dari kehidupan yang berorientasi gerombolan atau kerumunan liar yang tak berkualitas menjadi kehidupan yang terkonsolidasi. Dari hidup yang mengandalkan pelesiran ritual yang simbolik individual dan kerumunan ego sektoral menjadi hidup yang peduli sosial. Hidup berjiwa altruisme yaitu cinta menolong keluarga dan orang orang lemah yang butuh makan, kesehatan, dan pendidikan. Ibu corona mengetuk hati kita yang paling dalam agar bersama keluarga membiasakan bekumpul di kediaman membangun pendidikan karakter hidmat aturan, taat hukum, dan mandiri dalam mempersiapkan kehidupannya kelak.
Agama mengajarkan kita bahwa kelak di hari kemudian kita tidak lagi membutuhkam status sosial, pangkat, kekayaan kemewahan, gerombolan masa atau jamaah, bantuan dari orang lain yang berbentuk super power apapun. Semua itu tidak akan mungkin bisa menjadi penebus untuk menyuap para malaikat yang akan mengasesment umat manusia lulus dri ujian CAT kehidupan selama di dunia.
Umat manusia yang lulus di hari kelak nanti bukanlah manusia yang kembali atau yang tergantung pada kekuatan uang, orang lain dan masa kerumunan atau gerombolan pengikut. Tetapi umat yang secara individual berkualitas, akuntibel, dan bertanggung jawab menghadap Yang Maha Satu atau Tunggal yaitu Hakim Maha Agung Allah SWT. Inilah yang dimaksud dengan firman Tuhan Surat Al-‘An’am ayat 94
“Dan benar-benar kamu datang sendiri -sendiri kepada kami sebagimana kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafaat (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka ( sebagai sekutu Allah).
Akhirnya mari kita semua ikuti hukum sunatullah yang dititipkan Tuhan kepada ibu guru corona yang cantik lagi lembut ini agar kita semua kembali kepada kaedah pengendalian kehidupan dengan baik. Hindari perbuatan yang melanggar aturan di segala aspek kehidupan. Seperti melanggar aturan kesehatan, pendidikan, aturan penegakan hukum, aturan penegakkan keadilan ekonomi, dan aturan lain yang bermartabat. Semoga dengan kesadaran berkepatuhan itu, Ibu corona akan merasa bangga dan senang sehinnga di masa- masa mendekati bulan suci Ramadan akan meninggalkan kita dengan tulus karena ia sudah berhasil memberi pendidikan pada kita semua. Amien Ya Rab.
*Penulis adalah rektor UIN Sulthan Maulana Hasanuddin Banten.(jb)