PendidikanUtama

Pusda Banten Gelar Kelas Menulis Virtual Bagi Pemustaka

SERANG, jejakbanten.com – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten selenggarakan kelas menulis cerita anak bagi pemustaka secara virtual pada Rabu (14/07/2021).

Kepala Bidang Deposit Pengembangan Koleksi dan Layanan Perpustakaan pada DPK Provinsi Banten, Evi Syaefudi mengatakan sejak pandemi Covid-19 melanda, kondisi yang memaksa kita beradaptasi dengan kondisi baru. Sehingga, pihaknya membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh DPK Provinsi Banten lebih banyak menggunakan platform digital.

“Kegiatan yang bisanya kami lakukan secara langsung tatap muka beralih ke platform digital dan dilakukan secara virtual,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan kegiatan kelas pemustaka telah dimulai sejak tahun 2019, namun semenjak pandemi bulan Maret 2020, kelas pemustaka beralih menjadi virtual, dan saat ini mengangkat tema ‘Menulis Cerita Untuk Anak’.

“Kami bertujuan memberikan pembelajaran bagi Pemustaka agar lebih tertarik pada dunia menulis cerita anak,” katanya.

Meskipun beralih menjadi virtual, kelas pemustaka tetap dapat disimak oleh masyarakat melalui akun youtube Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten dengan nama akun DPK Provinsi Banten.

“Ya semua bisa akses di media kami, contohnya kegiatan kelas pemustaka ini yang diikuti 51 peserta dari berbagai kalangan,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu narasumber kelas pemustaka, Tias Tantaka mengungkapkan bagaimana cara menulis cerita anak yang baik diantarnya, tokoh pada cerita anak baiknya tidak terlalu banyak karena cerita anak biasanya tidak panjang dan bercerita tentang hal-hal sederhana di kehidupan anak.

“Yang harus kita perhatikan meskipun pendek, cerita anak harus mengandung pesan yang ditunjukan kepada anak-anak,” paparnya.

Penulis yang tinggal di Kota Serang ini juga menjelaskan, selain jumlah tokoh dan pesan dibalik cerita, Kak Tias juga menyampaikan bahwa penulis cerita anak harus memperhatika usia tokoh utama,

“Kalau tokoh utama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) rasanya bukan cerita anak lagi,” terang Kak Tias pada peserta.

Terakhir ia berpesan, kepada peserta kelas pemustaka untuk selalu memperhatikan dasar-dasar penulisan karena itu awal dari menulis. “Selain memperhatikan dasar penulisan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah latar belakang cerita anak dan konflik,” pungkasnya. (fjr/bs/jb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *