Waspada Bencana, SMPN 10 Kota Serang Gelar Simulasi Mitigasi Bencana
SERANG, jejakbanten.com – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10 Kota Serang menggelar simulasi mitigasi bencana. Tujuannya, agar warga sekolah selalu cepat tanggap ketika datang bencana.
Kepala SMPN 10 Kota Serang, Meti Istimurti menyampaikan dilaksanakannya mitigasi bencana dimaksudkan agar siswa dan siswi SMPN 10 Kota Serang agar dapat memahami segala sesuatu hal yang bisa terjadi seperti bencana alam atau non alam.
Berkaca pada peristiwa gempa beberapa waktu lalu. Pihaknya berinsiatif untuk melakukan sosialisasi dan simulasi perihal mitigasi bencana yang diperuntukkan untuk siswa, guru maupun tenaga pendidik.
“Dilaksanakan kegiatan ini, Kami ingin mengetahui secara baik bagaimana upaya yang dilakukan saat menghadapi bencana alam terutama gempa bumi. Minimalnya upaya menyelamatkan diri sendiri pada saat terjadi bencana,” ucapnya, seusai kegiatan mitigasi bencana yang digelar di SMPN 10 Kota Serang, Senin (31/1/2022).
Lebih lanjut, Ia menjelaskan kegiatan mitigasi bencana ini bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang serta ada pula dari Puskesmas, Polsek dan Koramil Cipocok Jaya. “Tim BPBD Kota Serang secara langsung yang memberikan sosialisasi dan simulasi perihal mitigasi bencana ini,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia menekankan dengan digelarnya kegiatan seperti ini, semoga mampu memberikan dampak baik bagi siswa. Dilihat dengan kabar yang beredar terkait pergaulan pelajar yang tidak baik seperti tawuran, bolos. Semoga bisa teralihkan dengan kegiatan positif seperti ini.
“Tujuan selain bisa memahami mitigasi bencana, Kami menginginkan mereka bisa lebih memfokuskan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan positif pastinya,” jelasnya.
Sementara Koordinator Kegiatan Mitigasi Bencan SMPN 10 Kota Serang, Teti Suhayati mengatakan rangkaian kegiatan dimulai dengan sosialisasi kemudian diakhiri dengan simulasi. Sementara itu siswa yang mengikuti mitigasi bencana ada sekitar 316 siswa yang terbagi menjadi tiga sesi. Ditambah guru ada 40 orang, Tata Usaha (TU) 10 orang.
“Dari kegiatan ini Kami ingin memberikan informasi kepada peserta didik tentang bagaimana menanggulangi keadaan darurat, sebagai bentuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan. Warga sekolah kami kerahkan dari siswa, guru sampai TU. Tetapi tetap dengan pembatasan peserta kerena Kami memikirkan protokol kesehatan (prokes) yang harus diterapkan,” paparnya.
Terakhir, Ia mengungkapkan secara umum kegiatan mitigasi bencana sebenarnya ada kaitannya dengan pembelajaran. Maka dari itu pihaknya memiliki inisiatif dengan menggelar simulasi.
“Tidak hanya menjadi materi belajar saja, tetapi siswa juga harus tahu bagaimana implementasinya saat ada bencana. Hal ini bukan menjadikan kami menginginkan bencana itu terjadi, tetapi selalu waspada itu perlu sebagai antisipasi,” pungkasnya. (fj//bs/jb)