DaerahUtama

Kasus Stunting di Kota Serang Diklaim Turun

SERANG, jejakbanten.com – Kasus stunting di Kota Serang per Februari 2023 diklaim mengalami penurunan cukup signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 1.732 anak.

Sedangkan tahun ini angkanya turun menjadi sekitar 799 kasus stunting, berdasarkan data penimbangan anak di masing-masing Posyandu yang tersebar di enam kecamatan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Ahmad Hasanudin mengungkapkan, turunnya jumlah stunting tahun ini disebabkan karena masyarakat mulai menyadari dan masifnya sosialisasi penanganan stunting oleh para kader Posyandu di Kota Serang.

“Alhamdulillah masyarakat sudah mulai sadar, dan memang sudah cukup signifikan penurunannya dibandingkan tahun lalu,” katanya, Senin 26/6/2023.

Berdasarkan data yang tercatat pada Dinkes Kota Serang pada bulan Februari 2023 kasus stunting saat ini berada di angka 799.

Namun, untuk data terbaru per bulan Mei 2023 pihaknya belum melakukan pencatatan, karena biasanya dilakukan per triwulan.

“Tahun 2022 itu banyak, mencapai 1.732 balita yang terkena stunting. Tapi itu datanya bulan februari, kalau sekarang ini masih belum direkap,” jelasnya.

Berdasarkan data tahun sebelumnya, Kecamatan Taktakan menjadi wilayah yang paling banyak stunting, sementara tahun ini belum dipastikan kecamatan mana yang tertinggi, karena masih dalam pendataan.

Namun, Kecamatan Taktakan, Kasemen dan Serang biasanya memiliki jumlah stunting cukup banyak dibandingkan kecamatan lainnya.

“Memang tahun lalu itu Taktakan, tapi sekarang ini saya belum maping di kecamatan mana yang tertinggi,” tuturnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang, Anthon Gunawan menjelaskan, angka stunting di Kota Serang mulai mengalami penurunan, namun pihaknya kurang optimis bisa mencapai zero stunting.

Hal itu disebabkan karena penanganan stunting tidak hanya pemerintah atau pun dinas terkait yang menangani.

“Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya DP3AKB, Dinkes atau pun pemerintah saja. Tapi peran masyarakat, terutama orang tua adalah hal yang utama,” paparnya. (rk/yd/jb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *